BREN, yang sebelumnya akan masuk ke indeks Large Cap, yang ditambahkan ke dalam rangkaian Indeks FTSE Global All Cap dan indeks terkait lainnya, efektif mulai pembukaan pada Senin, 23 September 2024, akan dihapus dari indeks FTSE Russell, dan efektif mulai pembukaan pada Rabu, 25 September 2024. Sebelumnya, BREN direncakan masuk ke dalam indeks FTSE Global Equity Series (Large Cap), yang berlaku mulai 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024.
FTSE Russell memutuskan untuk menghapus saham BREN dari indeks Global Equity Series, khususnya dari kategori Large Cap, yang efektif mulai 23 September 2024. Penghapusan ini dikarenakan “Konsentrasi Pemegang Saham Tinggi,” di mana empat pemegang saham menguasai 97% dari total saham yang beredar. Hal ini bertentangan dengan kebijakan FTSE Russell terkait pembatasan free float, yaitu jumlah saham yang tersedia untuk diperdagangkan oleh publik.
Klarifikasi dari BREN
Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), BREN mengakui bahwa kepemilikan saham oleh empat pemegang saham utama adalah sebesar 95,97% per 19 September 2024. Berikut rincian kepemilikan terbaru:
- PT Barito Pacific Tbk. – 64,666%
- Green Era Energy Pte. Ltd. – 23,603%
- Jupiter Tiger Holdings – 3,941%
- Prime Hill Funds – 3,761%
BREN juga menyebut bahwa informasi mengenai pemegang saham ini telah diungkapkan secara transparan saat IPO pada tahun 2023, dan tidak ada perubahan signifikan dalam kepemilikan hingga keputusan FTSE tersebut. Mereka menekankan bahwa free float saat ini mencapai 11,66%, yang hanya sedikit berubah dari 11,73% saat IPO.
Konsekuensi di Pasar
Pasca pengumuman penghapusan, saham BREN mengalami penurunan signifikan, dengan harga saham jatuh hingga 19,95% dan terkena batas bawah auto-reject (ARB). Ini menjadi kedua kalinya BREN gagal masuk indeks FTSE Russell setelah sebelumnya terhalang karena masuk ke Papan Pemantauan Khusus (PPK) di Bursa Efek Indonesia.
Adapun prospek emiten BREN dalam jangka panjang masih sangat menarik, hal ini terbukti dari realisasi dana IPO yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pengembangan bisnis perusahaan. Berikut beberapa realisasi strategi bisnis perseroan yang telah dilakukan:
- Pada April 2024, PT Barito Wind Energy, anak perusahaan dari Barito Renewables telah menyelesaikan akuisisi 99,99% saham di PT UPC Sidrap Bayu Energy dari UPC Renewables Asia Pacific Holding Pte. Ltd., ACEN Renewables International Pte. Ltd., UPC Renewables Asia III Limited, Sidrap (HK) Limited, dan Sunedison Sidrap B.V. Selesainya akuisisi strategis ini menandai ekspansi Barito Renewables ke dalam sektor energi angin, melengkapi rekam jejak yang sudah ada di sektor geothermal.
- Pada 27 Agustus 2024, ACEN dan Barito Renewables mengumumkan kemitraan strategis untuk mempercepat pengembangan proyek energi angin terbarukan di Indonesia. Kolaborasi ini melibatkan anak perusahaan mereka, ACEN Indonesia Investment Holdings dan PT Barito Wind Energy, yang didukung oleh akuisisi tiga aset pengembangan energi angin di Sulawesi Selatan, Sukabumi, dan Lombok dengan kapasitas 320 MW, serta solusi penyimpanan baterai canggih untuk meningkatkan stabilitas jaringan.
- Pada 18 September 2024, Star Energy Geothermal, anak perusahaan Barito Renewables, mengumumkan rencana peningkatan kapasitas melalui proyek retrofitting dan penambahan kapasitas baru untuk mendukung target net zero emission Indonesia.
Demikian artikel berita ini dibuat, semoga bisa membantu teman-teman dalam mengambil keputusan berinvestasi. Untuk buka rekening saham & join group diskusi silakan klik link berikut https://join.most.co.id/mitra/mt-haryono